Explore

Senin, 20 Agustus 2018

Pale Pale dan Tepat Waktu

X : Bro ntar ketemuan jam setengah 6 ya?
Y : Jangan setengah 6 bro, jam 7an aja gimana?
X : yaudah oke sip !

*beberapa jam kemudian*
Y : Haloo bro, gimana udah pada pesen makan??
X : Udah laaah! Lama lu, katanya jam 7an tapi baru nyampe hampir jam 9 ini.



--------

 Udah pernah janjian sama temen trus kenyataannya kaya contoh kasus di atas??? Atau kamu sendiri yang gampang banget molor dan ga tepat waktu??

Kayanya gampang ditemuin ya kasus kaya di atas. Karena udah sering jadi seperti kebiasaan. So kalau temen kaya gitu jatuhnya kita jadi biasa-biasa aja. Tapi sebenernya ini kebiasaan ga baik lho gengs! Molor sejam mungkin ga parah amat, tapi kadang waktu satu jam itu penting banget buat seseorang. Bisa aja kamu ditinggal aja karena luput dari waktu janjian. Apalagi kalau udah urusan profesionalitas, ga menghargai waktu bisa-bisa urusan bisa berantakan.

Naah saya punya pengalaman yang bisa jadi pelajaran buat kita yang kadang masih suka ngaret dan molor waktu nih. Pengalaman ini saya dapat di Korea waktu program IKYEP 2015 kemarin. Kadang kesannya kita kurang perhitungan dalam mengatur waktu. Janjian ketemu jam 10, jam 10 itu juga baru jalan. Ya pasti telat.

Selama program di Korea, koordinator selalu mengingatkan begitu waktu mendekati jadwal kunjungan berikutnya. Termasuk estimasi waktu tempuh. Semua diperhitungkan dengan baik. Kondisi di Korea memang berbeda dengan Indonesia khususnya Jakarta. Lalu lintas di Korea memang sudah jauh lebih baik sehingga waktu tempuh dapat diperkirakan dengan baik. Berbeda dengan Jakarta yang karena macet, waktu tempuh 30 menit bisa berubah menjadi berjam-jam. Tapi ini tentu jangan menjadi penghalang untuk tepat waktu.

Di suatu pagi koordinator mengumumkan di dalam bus saat hampir sampai di sebuah jadwak kunjungan. "Sekarang pukul sembilan lebih empat puluh sembilan menit. Bus akan sampai tujuan dalam waktu tiga belas menit," kata Sora dalam bahasa Korea dan kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Haneul kepada kami semua. Saya yang pakai jam tangan analog langsung mikir waktu sampai jam berapa. Ga bisa dipas in jam 10 kalau seperti ini mah. haha

Kalau udah terancam telat dan harus buru-buru, Sora bakal teriak-teriak dengan gemashnya "Pale-Pale !!" yang artinya kurang lebih, "Buruan woooy !", haha

Saya bersama delegasi Indonesia lainnya.
Delegasi dari kiri ke kanan:
Maluku  Utara,  Jawa Timur, Sulawesi Ternggara,
Jawa Tengah, Aceh.



Minggu, 19 Agustus 2018

Indonesia itu Indah dengan Keberagamannya ! Unity in Diversity !

Berencana nonton langsung Opening Ceremony Asian Games 2018, akhirnya gagal karena 3 hari menjelelang perhelatan digelar badan saya drop. Praktis saya menonton melalui siaran langsung yang disiarkan salah satu stasiun televisi swasta.

Menjelang Opening Ceremony Asian Games banyak yang optimis bahwa pembuakaan pesta olahraga terbesar ke-dua di dunia ini akan luar biasa. Selain karena dipegang oleh orang-orang keren di bidangnya, banyak bocoran yang menampilkan bagaimana persiapan acara pembukaan yang fantastis. Benar saja, nonton dari TV saja saya sudah merinding. Semua terlihat memanjakan mata dan memancing rasa nasionalisme yang hebat !

Salah satu yang mencuri perhatian saya dan mungkin banyak netizen adalah sajian pembuka tarian Ratoh Jaroe, beberapa mengira tari Saman karena memang mirip. Tarian dibawakan oleh 1.600 penari dan begitu suara "Assalamualaykum" menggelegar disusul dengan gerakan-gerakan tarian, saya langsung merinding. Rasa mata berkaca-kaca menahan haru akan indahnya Indonesia. Bukan hanya indahnya tarian saat disajikan, namun saya membayangkan bagaimana kerja keras proses persiapan hingga akhirnya dapat menyajikan pertunjukkan yang tidak hanya membuat bangga masyarakat Indonesia, tapi juga menuai banyak pujian banyak negara lain.

Penampilan Delegasi Indonesia di Gwangju University, Korea
membawakan Tari Liko Pulo

Kekaguman saya mengingatkan saya pada program IKYEP yang saya ikuti tahun 2015 kemarin. Salah satu tarian yang dibawakan oleh delegasi Indonesia adalah tarian Liko Pulo. Tarian ini mirip tarian Ratoh Jaroe, namun waktu itu hanya dibawakan oleh 6 orang. Meskipun saya tidak terlibat langsung sebagai tim tari Liko Pulo, saya tahu betul bagaimana perjuangan teman-teman saya satu kontingen belajar membawakan tarian ini. Setiap malam latihan sampai benar-benar dapat tampil tanpa kesalahan. Lutut sampai dilapisi berbagai kain untuk menghindari lecet-lecet dan cidera. Bahkan Bryan, roomate saya yang tergabung dalam tim tari Liko Pulo, sampai mempraktekkan tari ini untuk latihan di saat mandi. Gila ga sih ! Tapi akhinya perjuangan tim Liko Pulo berbuah manis. Tarian dapat dibawakan dengan lancar di Seoul dan Gwangju serta di Bandung ! Merinding saat kebudayaan kita dapat tampil di luar negeri bahkan diapresiasi dengan luar biasa. Enam orang saja ribetnya luar biasa, apalagi 1.600 penari ?! Good job Opening Ceremony team for ASIAN GAMES 2018 !

18 Agustus kemarin sensasi rasa bangga itu muncul lagi saat menyaksikan acara pembukaan Asian Games 2018. Begitu indah Indonesia dengan keberagamannya bersatu menjadi satu kesatuan. Saya yakin 1.600 penari ini datang dari bermacam-macam karakter dan latar belakang. Semuanya bersatu untuk menampilkan karya yang hebat, membuat bangsa Indonesia bangga. Bangsa Indonesia bangsa dengan keberagamannya.

SAYA CINTA INDONESIA !