Beberapa hari yang lalu rame di medsos tentang jilbab halal.
Banyak komentar muncul, baik yang
positif maupun negatif. Semua dengan cara pandang masing-masing.
Hal ini mengingatkan saya dengan sebuah diskusi di sebuah
kelas (meskipun bukan soal jilbab) di Kedutaan Besar Indonesia di Bangkok
Thailand tahun 2014 kemarin. Waktu itu saya ada program di sana untuk membahas
salah satunya mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Tulisan mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)/ ASEAN Economic Community di salah satu jembatan penyeberangan di Bangkok, Thailand. |
Salah satu pejabat di kedutaan tersebut (saya lupa namanya)
memberikan materi mengenai persiapan MEA di Thailand. Menurutnya, Thailand
adalah negara di ASEAN yang siap menghadapi MEA. Salah satu yang paling sederhana,
Thailand sudah paham bahwa awareness
mengenai MEA harus ditingkatkan. Banyak sekali poster-poster berukuran besar
mengenai MEA ini di jalanan. Saya juga melihatnya sendiri di papan reklame,
tembok jembatan penyeberangan, dan tempat-tempat strategis lainnya banyak
berisi gambar-gambar mengenai info MEA. Kasarnya, sopir tuk tuk sekalipun
bakalan tahu apa itu MEA, meskipun tidak memahami secara mendalam. Sampai pada
rencana jangka pendek dan panjang dari Thailand dalam menghadapi MEA dengan
membuat proyek logistic hub dan
industri makanan halal.
Naaaah, soal industri makanan halal ini, masih menurut
pejabat kedutaan dalam kelas diskusi tersebut, rencana Thailand untuk
berkecimpung dalam industri makanan halal ini adalah ide yang kreatif dan
inovatif. Karena belum banyak negara yang fokus pada industri makanan halal.
Target dari konsumen makanan halal sendiri bukan hanya umat Muslim, namun dipaparkan
untuk semua konsumen. Di Thailand sendiri, konsumen makanan halal tidak hanya
umat Muslim atau turis Muslim yang berkunjung ke Thailand, tapi bagi siapa
saja.
Makanan halal bukan hanya makanan yang bebas dari bahan-bahan
yang haram seperti babi dan sejenisnya serta diolah dengan cara-cara yang
benar, namun juga makanan yang dijaga kebersihannya. Sehingga nantinya makanan
berlaber halal dari industri makanan halal ini tidak hanya halal dari segi
komposisi, namun juga dari proses yang dijaga kebersihan dan kualitasnya.
Sehingga tak hanya orang Muslim, orang non-Muslim juga bisa menjadi konsumen
makanan halal yang telah diolah dengan proses yang baik.
Yang bikin takjub, ide ini justru muncul di negara yang
bukan mayoritas Muslim. Bagi perusahaan makanan di Indonesia, ayo yang mau
garap industri makanan halal ini bisa ikutan dieksekusi juga J